Nilai atau Ilmu

Jumat siang yang membuat ngantuk. Aha, teman kantor pun sudah ada satu yang terlelap. Sembari mendengarkan alunan lagu penyemangat, aku membaca-baca fotokopian materi linux untuk UAS besok sore. Tapi di tengah-tengah membaca dan menghafal materi, aku jadi tergelitik (Jiahhh, bahasanya) untuk menulis tentang idealisme. Beuh, kedengerannya sih berat. Tapi enggak kok. Ya, paling tidak nggak sampai ngalah-ngalahin berat badan saya yang sarat lemak ini. Hihi.

Aku udah semester lima. Sebentar lagi semester enam. Sebentar lagi lulus (Aminnnnn). Nggak berasa. Hihi. Maklum, aku kan ngambil D3, Kawan. Jadi normalnya memang enam semester saja.
Setelah di pikir-pikir, direnungkan, ternyata banyak sekali hal yang terlewat dari lima semester ini. Apa itu??? Banyak lah. Tadi kan aku udah bilang banyak. :p

Pertama, kebanyakan orang kuliah itu bukan niat cari ilmu, tapi niat cari kerja. Hadehhhh. Nggak salah sih. Semua orang tentu menginginkan “pekerjaan yang baik”. Tapi pointnya bukan itu. Pointnya adalah, kalau cari kerja yang dituju, tentu orientasi kita kuliah hanya sebatas IPK bagus. Titik. Bukan begitu? Saya jadi terhenyak. Memang seperti itu lah aku. Bahkan di awal semester satu IPK-ku cukup menggembirakan. Buah dari semangat yang begitu menggebu untuk mendapatkan nilai bagus. Karena aku mikir, IPK harus bagus dari awal.

Karena yang terpatri di otak kita cuma nilai yang bagus, terkadang untuk mendapatkan nilai itu kita mengacuhkan cara-cara untuk mendapatkannya. “Pokokknya mah IPK bagus”. Begitu yang sering saya denger. Dan ujung-ujungnya nyontek kesana kemari. Buka catatan dan modul. Tidak ketinggalan pemanfaatan tekhnologi yang sekarang sudah kian canggih. Alahmakjanggg. Pantas saja Negara kita ini tidak bebas-bebas juga dari budaya korupsi. Bagaimana mau bebas, kalau dari bangku pendidikan saja kita sudah dicekoki untuk korupsi. Kok bisa? Ya, bisa lah. Nyontek itu apa kalau bukan korupsi. Dapat lebih dari hal yang tidak diperbolehkan.

Kalau pun tidak nyontek, ya belajarnya kita sebatas hafalan doank. Yang penting bisa jawab soal ujian. Perkara paham materi keseluruhan atau engga’, itu urusan belakang. Nanti ya jadi urusan nanti. Yang penting nilai bagus dulu.

Hemmmm. Parah kan? Boleh lah IPK tinggi. Tapi seharusnya dibarengi juga dengan kemampuan dan pemahaman ilmu yang benar. Nggak sekadar menghafal doank. Yang kadang ujian belum dimulai pun hafalannya sudah menguap duluan. Ketiup angin sepoi-sepoi. Nggak masalah kok IPK bagus. Malah harus itu. Tapi ya seperti di atas. Harus dibarengi juga dengan ilmunya. Karena persoalannya akan timbul ketika nanti kita nyemplung ke dalam dunia kerja. Pasti kita cuma jadi kambing congek yang nggak tahu apa-apa kalau tidak memiliki pemahaman ilmu yang benar.

Ah, sudah ah. Nanti saja disambung kalau mau menuliskannya lagi.
Previous
Next Post »