Kalah itu Menyakitkan

Bersenandung dengan hentakan album Awesome F*ck-nya Greenday. Coba mengusir segala gundah di hati. Sungguh, gw benci dengan melaknolia dua hari ini. Merasa sepi tanpa tahu dengan jelas apa sebab musababnya. Seperti tiba-tiba datang begitu saja. Dan, gw nggak suka seperti ini!

Let’s Rock n Roll, Brotha!

Status fesbuk gw malam ini adalah “Kalah itu menyakitkan”. Terinspirasi dari pertandingan sepakbola malam ini, antara timnas merah putih melawan timnas dari Turkmenistan. Kalau membahas pertandingannya, secara keseluruhan timnas kita bagus. Permainan maksimal yang berhasil menghasilkan empat gol. Kerjasama yang rapi, percaya diri tinggi dari setiap pemain dan disiplin dengan tanggungjawab masing-masing, berhasil membuat pemain Turkmenistan kewalahan di babak pertama. Timnas merah putih langsung bermain menekan dari menit awal. Dengan komposisi pemain yang sama seperti saat bertandang ke Turkmenistan beberapa hari yang lalu, timnas kita berhasil membuat suguhan yang menarik. Tentunya karena ditunjang juga dengan kondisi lapangan yang bagus, berbeda dengan waktu bertandang ke Turkmenistan kemarin.

Meski entah kenapa, di babak kedua timnas kita jadi mlempem. Setelah waktu turun minum, gw pikir mereka akan lebih menggila lagi. Dan yaaa, paling tidak masih bisa lah bersarang tiga gol lagi ke gawang Turkmenistan. Tapi ekspektasi gw tidak terwujud. Penampilan timnas merah putih tak segarang
waktu babak pertama. Pemain Turkmenistan lah yang diuntungkan. Mereka jadi lebih punya banyak kesempatan untuk menyamakan skor. Beruntung, M. Ridwan akhirnya bisa mencetak gol untuk memperkuat kedudukan kita jadi 4-0. Gol keempat ini membuat pemain Turkmenistan kembali kalang kabut. Ritme mereka kacau. Tak jarang pemain Turkmenistan melakukan pelanggaran dengan sengaja kepada pemain-pemain Indonesia. Mereka seperti sudah frustasi. Puncaknya adalah ketika pemain belakang Turkmenistan yang melanggar pemain kita diganjar kartu kuning untuk kedua kalinya. Wasit dengan tegas mengusir pemain tersebut.

Namun rupanya petaka bermula dari sini. Dengan hanya sepuluh pemain, dan kondisi tertinggal 4-0 dari Indonesia, Turkmenistan tidak punya pilihan lain. Menyerang atau tidak sama sekali. Karena target mereka adalah menang. Dan keajaiban pun mulai terjadi. Turkmenistan bisa mencetak gol pertamanya setalah satu pemainnya di kartu merah. Tak selang berapa lama, gol kedua pun berhasil disarangkan. Gilaaa! Hal itu membuat supporter kita melongo. Pemain kita gantian yang kalang kabut. Meski masih unggul, ritme permainan mereka jadi kacau. Dan efek dari kekacauan ritme permainan timnas kita, gol ketiga Turkmenistan berhasil disarangkan. Ajaib, sungguh ajaib. Hanya dalam waktu beberapa menit, kondisi mereka berubah menjadi di atas angin. Kondisi yang sangat menyakitkan dan tak ada pilihan lain, membuat pemain Turkmenistan bermain trengginas. Asa mereka kembali tumbuh. Dengan hanya sepuluh pemain, mereka berlari dan terus berlari. Mengejar gol yang keempat. Mengejar mimpi yang belum akan usai hingga peluit panjang ditiup oleh wasit. Sementara pemain Indonesia sudah kacau tiada terkira. Sulit rasanya untuk menggambarkannya. Beruntung, waktu pertandingan menyelamatkan timnas kita. Entah apa jadinya tadi kalau pemain Turkmenistan bisa bangkit di menit-menit awal babak kedua. Mungkin hasil akhirnya bisa lain. Hehehe.

Menurut pendapat pribadi gw, kenapa permainan timnas kita jadi tidak maksimal di babak kedua, itu disebabkan karena pemain kita “sombong” setelah apa yang didapat di babak pertama. Mereka meremehkan lawan. Dengan keunggulan 3-0 di babak pertama, mereka merasa di atas angin. Rasa-rasanya, kemenangan sudah di tangan. Mereka menyepelekan kemampuan tim lawan. Sudah merasa jadi pemenang padahal belum saatnya merayakan. Tapi itu pendapat gw, terserah lu-lu pada mau berpendapat apa!

Namun, bukan soal pertandingan yang pengen gw bahas. Tentu akan banyak ulasan yang lebih berkelas dan bernas lagi dari rekan-rekan penggila bola lainnya, yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia ini. Kalau tidak percaya, coba saja buka akun fesbuk masing-masing. Dan jangan kaget kalau di wall teman-teman hampir semua status berkomentar tentang pertandingan malam ini. Itu baru sedikit bukti, betapa di Indonesia ini banyak sekali pecinta bola. Kalau masih belum percaya juga, tentu rekan-rekan yang tadi menyaksikan pertandingannya, akan bergetar hatinya melihat seluruh isi stadion dimerahkan oleh supporter timnas kita. Saya pribadi sempet merinding saat sesi menyanyikan lagu kebangsaan dimulai. Tanpa panduan dirigent, supporter timnas kita di GBK dengan serentak ikut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Koor dari ujung ke ujung terdengar bergema di dalam stadion GBK.

Hemmm,,, sori kalau masih ngebahas soal pertandingan. Khilaf kawan. :p

Jadi, gw pengen sedikit merenungkan stasus fesbuk gw malam ini, yang udah gw tulis juga di atas.

“Kalah itu menyakitkan”

Dalam banyak pertandingan, dalam berbagai kompetisi, orang akan selalu bilang, menang kalah itu hal yang biasa. Dan gw sering minjem istilah ini ketika mengalami kekalahan. Karena jujur, gw langganan jadi orang yang dikalahkan. Tak terhitung berapa kali jumlahnya gw dikalahkan.

Mungkin, banyak diantara kita tidak terlalu ambil pusing dengan kekalahan Turkmenistan malam ini. Apa pula urusan kita dengan Turkmenistan. Dengan santai tentu kita akan menjawab, “Kita menang, Kawan!”. Tapi coba kita flashback sejenak ke masa beberapa bulan yang lalu. Dimana timnas kita menang pertandingan tapi kalah juara dalam final piala AFF. Kita merasa sakit bukan atas kekalahan ini? Terlebih kita kalah dengan Negara tetangga kita, Malaysia. Sakit dua kali bagi bangsa kita. Dan apakah kalimat ajaib menang kalah itu hal yang biasa dalam pertandingan bisa serta merta menghilangkan rasa sakit dan kecewa ktia? Haha, ternyata tidak semudah itu.

Itulah yang malam ini gw lihat di wajah-wajah pemain Turkmenistan. Wajah dengan ekspresi sama seperti wajah kita beberapa bulan yang lalu saat kalah dari Malaysia. Dan wajah kita malam ini, adalah wajah Malaysia beberapa bulan lalu saat memenangi piala AFF.

Betapapun itu biasa, kalah itu tetap menyakitkan!

Tapi gw bangga timnas kita menang!!! Biarlah kekalahan, rasa sakit dan kecewa itu kita tinggalkan untuk sementara. Sudah sering kita merasakan itu. Sekarang, mari kita mimpikan kemenangan dan rasa bangga jadi bangsa Indonesia. Rasa yang sudah lama sekali tidak kita kecap.

Malam ini, salut untuk Boas Salosa #angkat topi utk Boas

Salut juga untuk pemain-pemain Turkmenistan. Mental mereka memang juara.

Selamat malam
Previous
Next Post »