Curhat-curhatan

Akhir-akhir ini lagi kecanduan sama lagu-lagunya Radiohead. Meski baru punya tiga album awal mereka : Pablo Honey, The Bends sama OK Computer. Hehe. Ada dua judul lagu yang lagi getol banget gw dengerin, yang pertama : Anyone Can Play Guitar sama satunya lagi Ripcord. Dua lagu yang ada di album Pablo Honey. Entah lah, apa maksud sebenenarnya dari dua lagu itu. Aku hanya coba mengartikannya sesuai kemampuan bahasa inggrisku yang pas-pasan.
Jadi begini, Anyone Can Play Guitar itu bercerita tentang seseorang yang mengidolakan Jim Morrison. Menurut gw sih ya si Thom Yorke sendiri lah yang mengidolakan si Jim Morrison. Anyone can play guitar and they won’t be a nothing anymore. Ya, kira-kira seperti itulah. Hwehehehe. Asal-asalan banget ngartiinnya. Kalau lagu yang satunya lagi, Ripcord, gw juga nggak ngarti itu cerita tentang apa. Tentang jiwa yang ditipu, atau semacam itu lah. Atau justeru itu lagu protes sosial, coba dikiaskan dengan pesawat terbang? Hemmm, maybe. Do I mean what I mean? It’s inevitable, inevitable oh aeroplane. A thousand mile an hour and politics in power. That you don’t understand? You’ve no ripcord. No ripcord, no ripcord, no ripcord. The answer to your prayers. We’ll drop you anywhere. With no ripcord.
Jujur, enak banget dengerin lagu-lagu mereka. Meski harus jujur juga gw akuin, banyak diantara lagu-lagu itu yang gw nggak paham apa maksudnya. Tapi memang musik kan bahasa yang universal, tanpa kita tahu artinya, kita bisa ikut bergoyang bersama menikmati irama.
Kalau sudah begini, gw jadi kebayang lagi mimpi gw buat jadi anak band. Mimpi yang sudah beberapa tahun terakhir ini kagak gw sambangin. Ya, ada banyak alasan sih! Dan alasan macam apapun bisa gw bikin. Hwehehehe. Alasan pertama karena gw merantau ke Jakarta, secara fisik gw terpisah dari rekan-rekan satu mimpi menjadi anak band gw. Rekan-rekan yang sekaligus jadi sohib gw juga. Alasan kedua, karena nggak mungkin kami mengadakan agenda rutin untuk latihan dan berkontemplasi bersama. Klaten-Jakarta terlalu mahal buat gw. Jadilah kami latihan setengah tahun sekali, kalau gw lagi libur kerja dan mudik ke Klaten. Hemm, menyedihkan bukan?! Dan alasan ketiga, karena skill gw teramat sangat pas-pasan. Sudah berkali-kali belajar main drum, tapi masih begitu-begitu aja. Peningkatan sih pasti ada, tapi tidak signifikan. Jujur, karena gw tipikal pembelajar yang harus diulang berkali-kali. Harus ada pengulangan rutin hingga gw bisa memahami apa yang dimaksud. Nggak bisa cuma sekali-dua doank. Maklum, manusia pas-pasan!
*****
Ngomongin Bola Yuks!
Dari Radiohead, pindah ke pertandingan pra piala dunia semalem. Antara Turkmenistan VS Indonesiya (jangan protes, itu nggak salah tulis kok. Di papan skor semalem tulisannya sama persis kayak gitu. Jadi bukan gw yang salah tulis, tapi kalian yang kebanyakan protes. Hwekekekekek). Pertandingan berakhir imbang 1-1. Tentu menggembirakan untuk timnas merah putih. Meski itu menyedihkan bagi timas Turkmenistan, karena mereka masih harus bertandang ke Indonesia tanggal 28 Juli mendatang dengan bekal hanya satu poin. Sebagai tuan rumah, tentu Indonesia lebih diunggulkan. Diharapkan, menjadi tuan rumah, timnas kita bisa memetik poin maksimal.
Tapi kalau soal menjadi tuan rumah, tak perlu kita panjang lebarkan lah. Segala faktor tekhnis dan dukungan moril dari fans berat merah putih tak akan jadi masalah. Gw sendiri yakin, Gelora Bung Karno bakal dibuat menjadi lautan merah putih lagi seperti waktu piala AFF bebepara bulan lalu. Antusiasme yang luar biasa dari penggemar bola Indonesia. Dukungan penuh yang akan menyulut semangat pemain timnas. Dan lagi-lagi gw berdoa, semoga dengan dukungan yang seperti itu, kita bisa bangkit dari keterpurukan yang sudah bertahun-tahun menggerogoti sayap sang Garuda.
Hal yang pengen gw ceritakan adalah soal pertandingan tadi malam. sungguh ironis kalau pertandingan tadi malam adalah pertandingan resmi pra piala dunia 2012. Sebelum pertandingan di mulai, saya terheran-heran melihat lapangan rumputnya yang masyaAlloh, buruk sekali! Apakah memang Turkmenistan tidak punya lapangan yang lebih layak untuk menggelar pertandingan internasional. Jangan lah kita bandingkan dengan stadion gelora bung karno di Jakarta atau stadion Jaka baring di Palembang. Ketika melihat lapangan rumput yang tidak rata, banyak bopeng disana-sini, yang gw inget justru lapangan bola waktu gw SMA. Lapangan di stadion trikoyo klaten. Lapangan di pelosok daerah yang memang perawatannya ala kadarnya. Dan tidak menjadi homebase latihan timnas.
Antara heran sama geli sendiri. Apakah ini termasuk taktik Turkmenistan atau memang seperti itulah kondisinya? Mengutip sedikit pendapat Bung Towel, komentator pertandingan tadi malam. bung Towel mengatakan, harusnya manager lapangan timnas kita bisa melakukan banding ketika melihat kondisi lapangan yang sangat buruk seperti itu. karena kita punya hak untuk banding sebelum pertandingan di mulai. Karena nantinya hal itu akan menghambat dan bisa merugikan timnas kita(jujur gw nggak tahu menahu tentang aturan tekhnis, ini hanya mengutip dari komennya bung towel).
Dan satu lagi yang sempet gw tangkep, di sisi stadion sebelah belakang gawang, kursi penontonnya sepi sekali. Tidak ada orangnya. Hanya terkonsentrasi di sebagian stadion saja. Entah karena minat warga Turkmenistan rendah terhadap pertandingan bola, atau memang penduduknya teramat sedikit untuk sekedar memenuhi stadion. Tapi menurut pendapat pribadi gw, warga Turkmenistan bukan penggila bola seperti pendukung setia timnas kita. Jadi ya begitu lah. Hampir separo stadion kosong. Dan rasa-rasanya, gairah pemainnya juga jadi kurang menggigit.
Beruntung, dengan kondisi stadion yang seperti itu, timnas kita bisa memetik hasil imbang. Karena dari amatan gw, di menit-menit awal terlihat pemain kita terlihat begitu kewalahan beradaptasi. Sering bola terlepas karena kurang bisa mengontrol. Tapi syukur, di menit-menit berikutnya, pemain kita bisa menemukan ritme permainan dan mengimbangi permainan pemain-pemain Turkmenistan. Meski, secara postur fisik pemain kita kalah besar.
Ada juga beberapa komen lucu dari komentator kita, bung Towel. Tapi nggak usah lah gw tuliskan. Hehehe.
Berharap, semoga tanggal 28 Juli nanti garuda bisa mengepakkan sayapnya dengan gagah di stadion gelora bung karno.
Previous
Next Post »