Catatan Mudik


#1

Dalam hidup ini, banyak hal yang tak terpikirkan dan sengaja tak kita pikirkan. Ada pula beberapa yang sengaja kita abaikan, pura-pura tak mengerti, meski sebenarnya suara hati meraung-raung meminta barang sejenak kita untuk memperhatikannya. Sebentar saja. Hanya sebentar. Kita duduk diam dan merenenungkan segala bentuk, rasa, dan zatnya. Kemudian menegaskan kembali, apakah memang seperti ini yang dimaui? Jangan dulu dipikir tentang baik buruk, atau tentang dosa dan pahala. Terlalu jauh bila harus berpatok kesana. Kemungkinan besar, kapasitas ilmu kita pun masih terlalu jauh untuk menakarnya. Tapi ketika kita mempersempit lingkup menjadi apakah memang seperti itu yang dimaui, selama kita masih menakarnya dengan hati, aku pikir itu adalah hal paling mudah yang bisa dilakukan. Hati, yang sering orang bilang dengarkanlah dari lubuk hati yang paling dalam, sifat aslinya adalah baik. Maka, ketika kita berkenan, sebentaaarrr saja mendengarkan kata hati, kita akan tahu apakah yang kita lakukan benar atau salah.

Contoh mudahnya adalah ketika kita berbuat salah, entah kenapa, hati kita menjadi gelisah. Merasa seperti dikejar sesuatu yang tak terindra oleh diri kita. Kemanapun kita pergi, gelisah itu seperti membuntuti. Sedang sendiri ataupun di keramaian, tak membuat semuanya berbeda. Itu karena, suara hati kita memberikan pembeda pada kita, mana yang “kanan” dan mana yang “kiri”.

#2

Tak terasa, sudah hampir sembilan hari menghabiskan waktu di klaten tercinta. Banyak cerita, banyak tawa, beberapa tangis dan marah, dan juga cerita-cerita yang (mungkin) takkan sempat kuabadikan lewat tulisan. Seorang sanguinis sepertiku, yang sering acuh dan tak terencana, suka kelupaan tentang detail hal-hal yang tlah lalu. Hanya beberapa yang berkesan yang masih bisa diingat dengan mudah. Dan beberapa lagi bisa diingat dengan susah payah, sebagiannya lagi entah kemana. Jadi, tak berharap banyak bisa menuliskan semuanya. Ada beberapa yang ditulis dalam buku harian, tapi sepertinya itu tak membantu.

Faktor tekhnis (sebenarnya hanya alasanku saja), juga sering membuat aku tak bisa menuliskannya. Mungkin tak perlu dijelaskan, hanya saja, untuk gambaran, tulisan ini juga aku tulis di warnet. Jadi kalian bisa tahu lah, agak repot juga bukan kalau tiap hari harus mondar-mandir ke warnet? Kalaupun mau ditampung dulu beberapa hari, lagi-lagi, orang sanguinis hanya akan ingat yang berkesan saja. Detail-detail dari setiap kejadian menguap entah kemana. Berganti dengan “hura-hura” hari-hari lainnya. Orang sanguinis sepertiku kan memang hobi cengengesan. Jadi ya wis lah, sebisanya, seadanya.

Pada intinya sih, biarlah semua ini menjadi cerita indah di mudikku tahun ini. Baik diabadikan di dalam tulisan ataupun tidak. Karena, terkadang, hal-hal yang kita rindukan adalah hal yang sudah tidak ada.

Selalu ada yang berbeda di beberapa hal, tapi secara keseluruhan, klaten tercinta masih menjadi tempat favorit untuk menjadi rumah tinggal kelak jika sudah berkeluarga. Tempat yang nyaman untuk merenda rumah tangga dengan istri tercinta, membesarkan anak-anak (kalau diberikan amanah), dan bersosialisasi dalam lingkungan yang kekeluargannya tinggi. Ini adalah bagian dari doa, semoga kelak Alloh mengijabah keinginan seorang hamba yang belum saleh ini.

#3

Sudah beberapa jam di warnet, baiknya disudahkan saja. Besok kalau sempat dateng kesini lagi. Semoga sisa beberapa hari ini bisa memaksimal waktu liburan untuk silaturahmi dengan saudara-saudariku semua.





Previous
Next Post »