Tak Bisa Menulis


                Tak bisa menulis. Tak ingin menulis. Sedang malas menulis. Huaaaa. Blank. Kosong. Block, block, block, block. Hadehhh. Ayooo lah, Boy! Time is running out

                Beneran. Nggak tahu kenapa, sekedar menulis saja nggak bisa. Apalagi suruh ngungkapin pendapat di muka umum ya? pasti lebih nggak bisa lagi. Lha wong nulis, yang notabene di tempat yang sepi, sendirian, nggak ada siapa-siapa saja nggak bisa. Padahal kan kalau salah masih bisa di edit, bisa dihapus! Apalagi kalau disuruh ngomong di depan orang banyak, beuhhh, bisa pingsan duluan kali.

                Gw pemalu. Haha. Dan malu-maluin juga. Inget banget, gw waktu kecil dulu adalah orang yang rendah diri. Rendah diri lho ya, bukan rendah hati. Gw selalu minder dalam lingkungan pergaulan. Nggak berani ngungkapin pendapat, takut kalau-kalau dianggap bodoh. Selalu iya aja sama usulan orang, biar pun kadang merasa nggak cocok sama usulannya. Karena dalam pikiran gw waktu itu, yang penting sependapat sama orang, itu lah tempat yang aman. Usulan gw pasti nggak penting dan nggak bakalan di dengerin. Dan begini lah hasilnya sekarang : Gw yang pemalu dan malu-maluin.

                Itu berjalan hingga bertahun-tahun. Sampai gw selesai SD kalau nggak salah. Beranjak SMP sedikit banyak gw mulai berani bicara. Itu pun ada yang ngajarin. Karena menjelang gw selesai SD, gw ikut organisasi kepramukaan di kwartir ranting daerah gw. Itu lah titik mula gw berkenalan dengan pramuka dengan benar. (waktu SD kelas 4 atau 5 gitu gw pernah ikut pramuka juga di sekolah, tapi ya pramuka-pramukaan doank. Karena gw terpaksa berangkat, biar dapet nilai)

                Di SMP, gw mulai berubah. Jadi power rangers pink. Hahaha, maksud gw pembawaannya. Sedikit-sedikit gw sudah mulai berani bicara dan mengungkapkan pendapat di muka umum. Lumayan lah. Biar pun kadang kalau pas lagi ngomong kaki masih suka gemetaran dan dada suka dag dig dug. Namanya juga lagi belajar. Bisa dimaklumi. Hingga pernah suatu kali, pas momennya bulan ramadhan juga seperti ini, gw ngisi kuliah subuh. Dengan sangat PeDe gw naik ke mimbar. Hasil latihan berhari-hari sepertinya tak sia-sia. Grogi gw menguap begitu saja. Sejenak gw pandangin satu-satu jamaah sholat subuh. Gw sapu dari sudut ke sudut mata jamaah. Itu salah satu resep dari orang yang ngajarin gw. “Jangan lupa pandangin matanya satu-satu, kalau nggak berani pandangin aja dulu kepalanya. Itu bakalan numbuhin mental percaya dirimu”. Dan benar. Gw semakin mantap saja di atas mimbar. Gw mulai bicara di depan forum dengan sangat sukses. Hehe. Meski di tengah perjalanan kultum sebenarnya ada kesalahan tekhnis yang kocak, karena gw lupa sama materi yang kemarin-kemarin gw hafalin. Spontan gw keceplosan bilang “Eh, salahhh”. Sontak jamaah tertawa. Geerrrrr. Tapi gw tetap nguasain keadaan. Gw lanjutkan kuliah subuhnya. Dan ketika turun dari mimbar, dikiranya sama jamaah gw sengaja bikin jokes pas bilang “Eh salah”. Padahal mah memang salah beneran. Hihi. Berarti penampilan perdana gw memang meyakinkan. Bahagiannya!

                Menginjak usia SMA gw semakin yakin bicara di muka umum. Hasil dari organisasi-organisasi yang gw ikutin. Mancap lah!

                Tapi kok sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, gw seperti kembali ke usia SD gw lagi ya? yang minder dan nggak berani bicara. Ada apa ini???

                Coba tanyakan pada rumput yang bergoyang?

                Dan ada satu hal yang selalu membuat gw risau, semakin kesini kenapa gw jadi jarang mikir ya? Padahal Descartes pan bilang , COGITO ERGO SUM. Aku berpikir maka aku ada.

                #Tahu lah! Sekedar catatan siang-siang yang nggak jelas
Previous
Next Post »