Mungkin


                Mungkin aku akan menyesal di kemudian hari, seperti katamu tempo hari. Mungkin saja. Siapa yang tahu? Tapi mungkin juga tidak. Siapa juga yang tahu?

                Dalam keadaan seperti ini, aku hanya coba berdiskusi dengan hatiku. Tak lebih. Aku tak memungkiri sebagai laki-laki, aku butuh seorang wanita disampingku kelak. Yang akan menjadi pendamping dalam setiap keadaan. Karena memang, rasa-rasanya aku takkan mungkin hidup sendirian saja.

                Tapi tidak begitu saja aku bisa menerima rasa yang kau tawarkan. Butuh sebuah proses hingga akhirnya aku bisa menerima semua itu, atau menolaknya. Kedua-duanya mungkin. Tak pernah ada yang tahu, siapa yang kelak menjadi sandinganku, pun dengan sandinganmu. Boleh jadi, sekarang si A menjadi pasangan sejati si B. Tapi, siapakah yang bisa menjamin esok mereka masih menjadi pasangan yang sejati? Tak ada!

                Kalau ada karma, mungkin kelak aku akan mendapati karmaku, karena sudah menyakitimu, dan juga orang-orang sebelummu. Merasakan apa yang kini kau rasakan. Apa yang mereka dulu juga rasakan. Meski sejatinya, tak ada niatan aku untuk menyakiti sesiapa. Tidak pernah.

                Dan semua ini, segalanya berbicara kemungkinan. Kepastiannya adalah esok. Ketika memang aku ditakdirkan untuk menemui suratan tersebut.

*****
               
Mereka bilang aku orang yang tak berpendirian. Dari dulu seperti itu. Tak berani mengambil keputusan. Menggantungkan segala keadaan hingga berlarut-larut. Tapi benarkah?

Hingga nanti, mampus kau dikoyak-koyak sepi.*

Mungkin benar. Tapi mungkin juga tidak. Tengok lah sedikit apa yang aku rasa dan juga pikirkan. Kau akan tahu nantinya. Namun, sepertinya kalian pun tak akan begitu perduli. Yang kalian lihat, itulah yang kalian simpulkan.

*****

Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.*

*****



*Sia-sia - Chairil Anwar
Previous
Next Post »