Talk Less Do More


Rawkkkk!
Pagi mendung di Jakarta. Ditemani segelas kopi ABC Mocca yang tinggal separo. Diiringi musiknya Slipknot yang gw ngga’ tahu artinya apa, tapi cukup bertenaga untuk membuat gw manggut-manggut.

Cepat sekali rupanya hari berganti ya. Hari ini saja sudah halaman keempatbelas di bulan Februari. Halaman keempatpuluhlima di tahun 2012. Bah, prestasi apa saja yang sudah ditorehkan?

Terinspirasi dari obrolan dengan beberapa teman sekitar sebulan terakhir ini, gw jadi pengen nulis tentang TALK LESS DO MORE. Ketika mendengar tagline barusan, apa yang terlintas dibenak teman-teman? ROKOK kah. Sama kalau dibenak teman-teman ternyata kepikiran rokok juga. Kalau dibenak teman-teman kok terlintasnya  yang lain, bakso, soto atau ayam goreng, itu mungkin pertanda kalau teman-teman sedang lapar.

Well, saya memang sengaja mengambil judul ini. Kalau teman-teman sudah lihat iklan rokok ini, iklan yang baru ya, dimana ada antrian mobil panjang di pintu keluar yang berpalang pintu otomatis. Dari sekian banyak orang yang berderet ada satu orang yang bicara dengan microphone dan bicara diulang-ulang, meminta tolong agar dibukakan palangnya. Sementara ada satu orang dari sekian banyak orang yang mengantri, berinisiatif mengeluarkan sepeda kecil dari bagasi mobilnya, dan mengayuh ke depan menuju palang pintu yang tidak ada penjaganya. Heran juga saya, penjaganya kemana ya? Kok bisa sampai bikin antrian puanjang begitu. Singkat cerita, orang yang tadi mengayuh sepeda menuju palang pintu, mengoperasikan palang pintu agar kendaraan yang antri panjang itu bisa keluar. Di akhir cerita, orang yang tadi mengayuh sepeda terlihat sudah di apartemennya dan mematikan lampu. Sementara yang bicara berulang-ulang di microphone masih saja ngomong sementara orang yang lain sudah pada pergi semua.

Sampai disini keren buat saya. Pesan moralnya adalah : Lakukan saja, ngga’ usah banyak ngomong! Tapi, yang membuat ngga’ sreg adalah, itu iklan rokok, man! Jadi, bisa ditangkap pesan juga bahwa, kalau kalian menghisap rokok merk ini, kalian bisa talk less do more seperti si pengayuh sepeda yang membuka palang pintu. Dan sebaliknya, kalau kalau tidak menghisap rokok merk ini, kalian akan jadi orang yang banyak bicara seperti yang satunya lagi. Bah! Darimana hubungannya coba. Tapi begitulah iklan rokok di Indonesia. Dan bukan itu juga yang pengen gw bahas.

Balik ke talk less do more. Jadi beberapa hari kemarin ada teman gw yang bilang ke gw gini “Ah, banyakan teori lu, Son!”. What? Emang iya sih sebenarnya. Tapi kok maknyless juga ya nyampe ke atinya. Gw beralasan macem-macem, ini-itu, dan temen gw bilang “Lu belum pernah jalan di tempat yang bener-bener gelap sih. Atau berjalan di siang hari yang bayang-bayangnya cuma lu injek doang!”. Kenapa berjalan di tempat gelap? Filosofinya adalah ketika kita berjalan, tidak ada bayangan sama sekali yang bisa kita temukan. Boro-boro bayangan, cahaya aja ngga’ ada kok. Ketakutan kita akan masa depan atau masa lalu sama halnya dengan bayang-bayang saja. Sebenarnya dia tidak ada. Hanya kita yang ada. Kalau di siang hari bayang-bayangnya kita injek doang, ya itu juga sama saja. Masa lalu atau masa depan itu mengikuti kita. Dia hanya kita injak dibawah kaki. Tak perlu dirisaukan lah. Cukup jalani saja.

Beda lagi dengan temen gw yang semalem. Ketika lagi asyik ngangkring berdua di pojokan Muwardi, menikmati nasi kucing dan segaranya es kopi, dan obrolannya masih berputar tentang talk less do more. Temen gw bilang, benar memang segala sesuatunya harus direncanakan. Tapi kita jangan terjebak dalam perencanaan saja, tanpa melakukan aksi apapun. Idealnya adalah, buatlah rencana kemudian jalani. Tak harus perfect dulu rencanannya baru dijalankan. Akan memakan waktu. Di tengah perjalanan pasti bakalan banyak yang bisa dievaluasi.

Jadi, kesimpulannya adalah : LAKUKAN SEKARANG JUGA. Perlu direncanakan juga tentu saja. Tapi jangan hanya terjebak dalam perencanaan saja. ACTION, ACTION dan ACTION.

Semangat berhari Selasa, Kawan!

Previous
Next Post »