Biasa Saja


Mata sepet, badan pegel. Tapi mencoba memaksa tangan mengetik apa yang masih bisa diketik. Tulis apa saja, apa yang dibisa. Hoammm! Album Audio Imperialistnya The Brandals genjrang-genjreng jadi backsound. Membuat ruang gelap ini tak begitu sepi.
               
Menelisik sedikit, hal spesial apa yang sudah terjadi padaku hari-hari terakhir ini? Tapi kok bingung ya? Ah, entah kenapa, hidupku beberapa minggu terakhir ini semakin monoton saja. Linier! Yaaa, bukan maksud kok menantang kehidupan juga sih. Tapi maksudku adalah, aku memaknai hidup  ini dengan cara yang teramat sangat biasa. Dirikulah sebenarnya yang kurang bisa memaknai apa yang sudah terjadi. Bisa saja kan, satu kejadian yang sama, akan memiliki implikasi berbeda pada orang yang berbeda. Buat si A, mungkin hal yang terjadi itu sesuatu yang sangat biasa. Tapi bagi si B, itu adalah hal yang sangat luar biasa. Bisa kan? Nah, begitulah diriku beberapa minggu terakhir. Membuat semua ini menjadi biasa saja. Payah!

Well, jadi pengen ngutip lirik lagunya Efek Rumah Kaca yang Melankolia. Pas banget tuh jadi soundtrack.

                Tersungkur di sisa malam,
                Kosong dan rendah gairah,

                Puisi yang romantis,
                Menetes dari bibir,

                Murung itu sungguh indah,
                Melambatkan butir darah,

                Nikmatilah saja kegundahan ini,
                Segala denyutnya yang merobek sepi,
                Kelesuan ini jangan lekas pergi,
                Aku menyelami sampai lelah hati,

Bah, galau-galau deh dengerin lagu ini. Haha, sori mamen buat lu-lu pade yang malem ini lagi galau. Nggak maksud membuat malam kalian lebih suram dengan lagu ini. Tapi jujur aku akuin, kalau lagi GalauMaksimal, lagu inilah yang sering jadi soundtracknya. Nggak tahu kenapa, enaaakkk aja dengerin nih lagu.

Dan omong kosong apalagi ini yang sudah gw tulis? Sudah ngetik banyak-banyak dan tidak ada pesan didalamnya. Tidak ada bobot apa-apa? Ah, payah memang. OmongKosongBesar.

MALAS
Jujur, sejujur-jujurnya *eh, kok berasa seperti lirik lagu ya?*, aku sedang diserang penyakit yang susah disembuhkan kalau bukan aku sendiri yang nyembuhin. Apakah itu? MALAS, saudara-saudari. Entah kenapa, kalau lagi malas, dia bisa bercokol begitu lama dalam diriku. Sepertinya aku ini inang yang cocok untuk rasa malas. Bah, parah memang! Dan malam ini, rasa malas bersekongkol dengan rasa kantuk. Beuhh, ngantuk banget ini. GoodNight. Zzz… Zzz… Zzz…  
               
Previous
Next Post »