#asaltulastulis#(rungisoturu)

“ Mempertanyakan jawaban dari ‘ketidakpastian’. Itukah yang kau lakukan? Membuang waktu percuma. Menghabiskan malam-malam dengan larut dalam gelisah yang tak guna. “

“ Tapi aku butuh penjelasan!”

“ Penjelasan yang seperti apa? Kurang jelas kah semua ini?”

“ Semua begitu jelas untukmu, tapi TIDAK untukku”

“Bagian manakah yang kurang jelas? Perlu berapa kali aku harus berujar. Sudah ratusan kali mulutku ini berbusa untuk memberikan pemahaman kepadamu”

Hening. Kau hanya terduduk lesu di sebelahku. Sesekali terdengar suara dipan berderak. Mengikuti gerak badanmu yang tak bisa diam. Gelisah.

“ Biar aku jelaskan sekali lagi padamu, Kawan! Sebenarnya hidup ini sangatlah sederhana, jika kita tidak merumitkan dengan rencana yang tidak kita laksanakan, dengan janji yang tidak kita penuhi, dengan kewajiban yang tidak kita tunaikan dan dengan kewajiban yang kita langgar”

Kau semakin menunduk dalam. Tapi gelisah itu tak beringsut sedikitpun dari wajahmu. Lebih karena tak ada kosakata yang tepat untukmu berujar, dirimu memilih diam.

“ Keluarkan saja, Kawan. Tuangkan saja segala yang ada dipikiranmu saat ini. Aku tahu, kata-kataku yang sok bijak ini tak akan bisa merubah keadaan. Mungkin kau justeru muak mendengarnya, tapi setidaknya itu sedikit menentramkan hati. Seperti kau mau mengeluarkan segala beban berat hatimu, setidaknya itu bisa sedikit menentramkan gundah hatimu”. Aku tersenyum. Meyakinkan.

Kau merapikan dudukmu. Menghela nafas pelan, menghimpun kekuatan. Merangkai-rangkai kata yang pas untuk mendskripsikan beban macam apa yang sekarang menggantung di hati. Ragu kau menentang mataku. Aku mengangguk. Katakanlah.

Mulanya ragu. Terbata-bata. Merangkai banyak keterangan dalam satu nafas. Tak semuanya aku tangkap maksudnya. Tapi aku mengerti apa yang ingin kau utarakan. Aku takzim mendengarkan. Tak sepatah katapun menyela. Membiarkanmu menuntaskan bicara.

Lengang. Hanya terdengar suara tarikan nafasmu. Aku tetap diam. Memberimu jeda untuk bernafas lega dan kembali merangkai-rangkai kalimat yang tepat. Aku menatap matanya. Tenang, Aku tak akan mengganggu. Kutunggu Kau menuntaskan ceritamu.

Setengah jam berlalu, tanpa jeda dariku, akhirnya kau menuntaskan segala penjelasan yang menjadi risau hatimu.

“ Aku pun tak mengerti jawaban dari semua itu” Aku tersenyum. Setidaknya senyum membuat suasana sedikit lebih nyaman.

“Selama ini aku juga masih mencari. Tapi ada hal yang mungkin bisa kubagi denganmu, Kawan. Ini hanya pendapatku, orang yang sama tak tahunya dengan dirimu. Bisa kau ambil, boleh juga kau acuhkan”. Aku tersenyum, dan kali ini kau pun ikut tersenyum. Entah karena perkataanku barusan atau karena memang beban berat di hatinya sudah sedikit terangkat.

“ Bahwa, mungkin kita berpikir hidup ini begitu tidak adilnya kepada diri kita. Membiarkan diri kita tersuruk-suruk dalam ketakberadayaan, lagi, lagi dan lagi. Sepertinya tak pernah membiarkan kita untuk sedikit saja bernafas lega. Sering kau berpikir begitu?”. Sebenarnya pertanyaan ini lebih aku tujukan pada diriku sendiri. Aku melihat kau mengangguk.

“ Setiap malam kau merutuki suratan takdirmu yang tak pernah menyenangkan itu, benar bukan?” lagi-lagi, pertanyaan ini lebih aku tujukan pada diriku sendiri sebenarnya. Dan sekarang kau sempurna tersenyum lebar, seperti mendapatkan kawan.

“ Sebenarnya aku juga sering merasakan hal yang sama denganmu, Kawan. Tapi untuk berdamai dengan perasaan itu, aku selalu mencoba menanamkan dalam hatiku bahwa semua ini indah, hanya saja, mungkin kita tidak bisa melihatnya, karena kita melihat dari sisi yang salah”.

Aku menarik nafas pelan. Sebenarnya nasihat ini untuk diriku sendiri, Kawan.

“ Kau suka lukisan?”

“ Tidak terlalu”

“ Coba kau bayangkan, seberapa pun indahnya lukisan yang pernah kau lihat, tapi kalau kau melihatnya dari belakang, apakah akan nampak indahnya?”. Kau menggeleng.

“ Aha, itu dia, Kawan. Bisa jadi, kita selama ini melihat lukisan itu dari sisi yang salah. Sehingga tak namapk oleh kita betapa eloknya lukisan itu.”

“Setuju?” Dirimu mengangguk lebih mantap.

“ Aku selama ini sama seperti kau, Kawan. Yang bisa membuat aku bertahan sejauh ini hanyalah percaya. Percaya bahwa semua ini akan indah pada saatnya. Percaya bahwa hikmah dari segala yang kita jalani ini akan berbuah manis. Percayalah.”


#asaltulastulis#
Previous
Next Post »