Nak

Pagi tadi sempat sejenak berdendang bareng Bang Iwan dengan lagunya yang berjudul “Nak”. Ada yang nggak tahu lagunya? Aha, tak apalah. Ini memang lagu lama. Entah tahun berapa lagu ini pertama kali keluar. Tak begitu penting, dan gw juga tak hendak membahas tentang asal mula lagu ini. Gw hanya ingin menceritakan sedikit cerita yang secara tidak langsung berhubungan dengan lagu ini…

Sebelum keduluan dibilang pelacur (pelan-pelan curhat), gw mau bilang kl ini bukan curhat. Sekedar berbagi cerita aja. Hahaha.

Pada jaman dahulu kala, hidup lah tiga orang pemuda disguised unemployment. (Tulisannya bener nggak itu ya?). haha. Menjadi makhluk tersisih yang kalah perang. Halah-halah. Lebay! Tapi memang iya, sementara kawan-kawan satu angkatan mereka memulai kehidupan baru dengan mengecap bangku kuliah, mereka menjadi pecundang yang tak tahu harus berbuat apa. Satu orang gagal UMPTN, sisanya tidak punya nasib baik untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Bertemulah mereka dipersatukan atas persamaan nasib.

Frustasi? Tentu saja. Kehidupan rasanya tidak adil bagi mereka bertiga. Malam-malam digunakan untuk merutuki keadaan yang tidak jelas. Siang-siangnya dijadikan pelampiasan hasrat tidur yang tidak bisa tertunaikan karena insomnia. Menyedihkan. Sangat menyedihkan malah. Tapi apa hendak dikata. Tak ada pilihan yang lebih baik. (atau karena mereka belum menyadarinya). Tapi apa pula yang hendak diandalkan dari anak ingusan yang baru menamatkan bangku SMA-nya satu bulan yang lalu. Tidak ada! Sudah beberapa kali mereka mencoba melamar pekerjaan. Beberapa kali itu pula mereka ditolak. Dengan mengesampingkan rasa malu, mereka mencari pekerjaan apapun asal mereka tidak hanya berdiam diri di rumah. Bisa kalian bayangkan, setelah bertahun-tahun kalian disibukkan dengan rutinitas, bangun pagi, mandi, sarapan, berangkat sekolah, belajar, bermain, pulang, nonton TV, tidur, bangun lagi, dan berputar seperti itu terus. Tiba-tiba rutinitas itu hilang begitu saja. Bangun tidur, bengong, nonton TV, tidur lagi, bangun, mandi, tidur, insomnia, tidur lagi, bangun lagi. Tentu saja sangat tidak menyenangkan bukan? Maka, pada saat kondisi seperti ini, malu menjadi proritas nomer sekian. Lebih baik keluar dari rumah entah melakukan apa, dan kembali lagi sorenya meski tak membawa hasil apa-apa. Ditambah lagi tatapan kasihan tetangga kanan-kiri, celoteh miring dan segala bumbu-bumbunya yang membuat telinga merah, uhhh, itu lebih tidak mengenakkan lagi, kawan. Sepertinya, menjadi orang seperti mereka adalah hal paling buruk. Tapi beruntung, mereka dipertemukan untuk saling menguatkan.

Tiga orang dengan tiga cerita. Tiga orang dengan garis nasib masing-masing, bertemu dengan predikat sama. DISGUISED UNEMPLOYMENT.

Trus apa hubungannya lagu di atas dengan cerita ini? Bingung kan? Gw aja jg bingung.

Hubungannya adalah, setiap kali menghabiskan waktu di rumah salah satu dari mereka, lagu ini menjadi tembang andalan. Sebenarnya hanya satu orang yang awalnya benar-benar menghayati lagu ini, tapi entah bagaimana ceritanya, lagu ini jadi mengena di hati ketiganya. (Kekuatan lirik sepertinya). Dengan suara jeleknya, si jangkung kurus kering menyanyi entah dengan nada seperti apa. Sepertinya Do=Alif. (Haha, dari arab kali yaaa). Dan tidak ada yang protes dengan suara itu. Biarlah, menghibur hati. (Meskipun suaranya tidak enak di telinga)…

#udah ah…#
Previous
Next Post »