Senin Pagi

Good Morning, Brader & Sista!!!

Nulis itu adalah pembiasaan, karena kalau lama kita ngga’ nulis, ujung-ujungnya jadi mentok dan males untuk memulai. Ya biar pun genre tulisannya ngga’ jelas seperti yang gw tulis ini. Terbukti sekarang, lama gw ngga’ nulis, akhirnya gw malah jadi males dan males lagi.

Sebenernya, apa yang gw tulis ini cuma curhatan doank kali ya? Ngga’ ada isinya. Padahal, kalau gw inget omongan kepala suku FLP Jakarta kemarin-kemarin, nulis itu harus ada isinya. Minimal ada pesan lah yang bisa disampaikan. Ngga’ cuma crispy doank, model-model tulisan gw gini. Tapi ya bijimane lagi, maksimalnya gw sekarang masih seperti sekarang ini. Ke depannya sih gw berharap, kemampuan nulis gw bisa seperti beliau. Menjadi penulis handal. Dan gw bisa menggantungkan nafkah dari profesi nulis. Dalam artian, nulis adalah tujuan mulia, itu pasti. Tapi bagaimana caranya, gw juga bisa mendapatkan rupiah dari kemampuan nulis. Karena gw pikir, profesi atau pekerjaan yang enak adalah pekerjaan yang berhubungan dengan hobby kita. Bukan begitu? 

Sempat kemarin gw bertukar pikiran dengan beliau, ketika kami sedang duduk-duduk menunggu di depan pintu masuk museum mandiri. Alhamdulillah, banyak hal yang bisa digarisbawahi dari obrolan gw kemarin. Bahwa semua ini adalah proses. Tidak serta merta beliau langsung menjadi seperti sekarang ini. Ada tahapan-tahapan yang harus dinaiki. Layaknya anak tangga, kita harus naik satu per satu untuk mencapai puncaknya. Beliau pernah menjadi orang kantoran juga, yang jam kerjanya ten to five. Berangkat pagi, pulang sore. Gw sedang berada di tahapan itu, sementara masa beliau sudah berlalu. Tidak bisa disamakan dengan mengatakan “wah, sampeyan enak ya, Mas kerjanya”. Iya sekarang. Tapi kita kan tidak pernah tahu, seperti apa dulu proses perjuangan beliau. Seperti kita melihat pemain-pemain bola sukses sekarang ini, Messi lah seumpamanya. Kita melihatnya enak banget kerjaan dia. Main bola doank, lari kesana kemari ngejar-ngejar bola, yang notabene adalah hobbi dia, tapi per pekan dia bisa dapet uang milyaran. Gila ngga tuh? Enak banget bukan? Iya, enak. Tapi memang kita pernah mencoba mencari informasi, seperti apa usaha dia sebelum menjadi bintang? Seberapa keras latihannya? Seberapa besar pengorbanan dia untuk mewujudkan mimpinya? Semua itu ngga’ ada yang instan, Kawan. (Kecuali mie dan kopi).

Banyak, banyak hal yang kita memandang saat ininya saja. Dan kemudian memipikan bisa seperti orang itu, tanpa kita mau melewati step-stepnya. Bisa ngga’? Ya, bisa-bisa aja sih. Bisa gila larut dalam mimpi bodoh!
Dunia ini memang dipenuhi dengan pribadi-pribadi yang khas. Karkater-karakter unik, yang berbeda antara satu dan lainnya. Beberapa hari terakhir ini, gw lagi sering ngobrol dengan salah satu sohib gw semenjak SMA. Dia pernah diberitahu oleh dosennya, bahwa orang yang berpikir besar akan membicarakan ide-ide dan gagasan, orang yang berpikir biasa akan membicarakan kejadian dan orang yang berpikir rendah hanya bisa membicarakan orang lain. Kami masih di tahap orang berpikir, berpikir biasa atau malah seringnya berpikir rendah. 

Tapi, dari obrolan itu kami sering membuat simpulan-simpulan menarik tentang rekan-rekan dia di tempat kerjanya, ataupun rekan-rekan gw di tempat kerja. Ada salah satu teman dia yang begitu sholehnya menjalani hidup. Hidup ini, hanya Tuhan yang ditakuti. Tidak ada yang lain. Dia ini, selalu segera bergegas ke masjid ketika mendengar adzan berkumandang. Tidak peduli apapun kondisinya saat itu. Sedang rapat dengan atasan, atau pun sedang ujian. Ini benar adanya. Dia adalah sosok yang real. Pernah suatu waktu, dia sedang ujian di kelas. Ketika adzan dzuhur berkumandang dia segera bergegas mengumpulkan kertas ujiannya. Padahal, kertas ujian itu belum terjawab semua. Sementara ujian selesai beberapa menit lewat dari jam 12. Orang ini, dengan yakinnya mengumpulkan kertas ujiannya, dan lebih memilih untuk berjamaah di masjid. Mungkin sekarang ini, tidak banyak orang yang berani seperti ini. Sebagian dari kita, sepertinya akan lebih memilih untuk menyelesaikan dulu ujian. Baru kemudian sholat dzuhur, tak apa tidak berjamaah, asalkan ujiannya selesai. Tapi ini berbeda, dia unik. Dan dia hanya takut kepada yang memang sebenarnya harus ditakuti. 

Ada lagi, kawannya yang orangnnya sangat sistematis. Dia sudah mempersiapkan segala sesuatu jauh-jauh hari, sebelum yang lainnya memikirkan. Contohnya adalah belajar. Secara rutin, tanpa ada tuntutan dan paksaan dari siapapun dia belajar dengan rajin. Meskipun  ujian masih lama. Sementara yang lain masih santai-santai saja, dia sudah melahap segala materi yang ada. Dan ketika hari H ujian tiba, ketika teman-teman mereka sedang sibuk dan awut-awutan membaca buku, dengan tenangnya dia duduk-duduk santai saja memandangi teman-temannya. Saat ditanya, kenapa dia tidak belajar jawabannya enteng saja “Mau baca apa lagi, buku-buku itu sudah aku baca puluhan kali”. Ah, ini gila. Tapi ini adalah keunikan. 
Ada juga kawan gw yang badannya besar seperti gw juga. Lebih besar malah. Ketika terlibat dalam suatu obrolan beberapa hari lalu, saat ada orang menyarankan dia untuk mengenakan alat yang bisa menurunkan berat badan, dia bilang “Gemuk itu pilhan hidup gw! Gw nyaman dengan badan gw yang seperti ini”. Maksud dari ucapan ini adalah, dia memang memilih untuk gemuk, kalaupun dia ingin kurus, bisa saja dia melakukan aktifitas supaya berat badannya berkurang. Tapi dia tidak mau, karena dia memilihan gemuk sebagai pilihan hidup. 

Bahhhh, jadi panjang begini ya?

Banyak sih sebenarnya hal-hal yang pengen dibagi. Tapi cukup sekian dulu lah untuk pagi ini. Selamat berhari senin, Kawan. Nyalakan semangatmu!!!

Jadilah unik. Mari berpikir besar. Kita pikirkan ide-ide brilian.
Previous
Next Post »