Kamarku


Malem-malem, lunjak-lunjak dengan lagunya LP #1 sampai #5. Badan capek, kaki pegel, pengen tidur, tapi kok ya pikirannya belum pengen diajak tidur. Masih saja ada yang dipikirin. Ealahhh! Hehe.

Merindukan kamar berantakanku di Klaten. Kipas berisiknya, kasur kapukku yang jarang di jemur, radio butut kemrosak, dan buku tulis coklat tempat menulis segala yang pengen ditulis. Bukunya sampai saat ini masih kubawa kemana-kemana, bahkan sampai ke kota metromini sekarang ini pun aku bawa. Karena banyak hal yang kutulis disana. Tentang kejadian-kejadian absurd dalam hidupku, cerita-cerita patah hati beserta puisi kapirannya, moment-moment spesial, entah itu moment yang sedih ataupun senang, dan juga ada list impian yang kutulis semenjak bangku SMA. Semua ada disana. Memang, semakin kesini, buku coklat itu semakin jarang aku buka. Tapi biar bagaimanapun, nantinya itu bisa menjadi semacam jurnal hidupku, gan! Jurnal yang bisa aku ceritakan sama anak istriku kelak. Sayang, ada satu edisi buku yang sampai sekarang entah nyelip kemana. Seperti ada satu bagian cerita yang hilang jadinya. Tapi nggak apa-apa lah. Semoga nanti, kalau memang saaatnya ketemu, buku itu bisa kembali padaku.

Biar buku coklat itu bisa kubawa kemana-mana, bisa bernostalgia dengan detail-detail kejadian yang kutulis di dalamnya, tapi aku tidak bisa merasakan suasana kamar berantakannku disana. Bagiku, (agak melebay sedikit boleh lah ya bahasanya), kamar berantakanku dulu adalah ruanganku untuk berkontemplasi tentang segala hal dalam hidupku. Dari yang penting, tidak penting, sampai tidak penting sekali. Saksi sejarah yang sampai saat ini masih berdiri kokoh. Sempat sih diguncang gempa dengan kekuatan yang dahsyat, tapi Alhamdulillah, puing-puingnya masih bisa mewujud dalam sebuah kamar. Disanalah, aku kembali setelah bersusah payah menjalani kerasnya hidup. Disanalah, aku menangis, aku tertawa, aku merindu, dan aku apa saja. Pusat gravitasi hidupku dulu ada disana. Dan bila aku kembali ke kotaku tercinta, pusat gravitasiku akan tetap disana, dan insyaAlloh akan selalu disana.

Aku tidak hanya merindu sewujud fisiknya saja. Tapi segala aspek yang berhubungan di dalamnya. Orang-orangnya yang pernah bersinggunggan didalamnya, hal-hal yang pernah tertuang dan disebut didalamnya, dan segala hal yang menjadi bagian dari setiap inti cerita yang mewujud dalam diriku sekarang ini. Rindu. Hanya satu kata itu yang bisa aku ucapkan. Entah, bisa mewakili apa yang kurasakan sekarang ini atau tidak.

Lagu LP berganti dengan slowrock cafénya SwaragamaFM. Semakin membuat suasana rindu ini menjadi-jadi. Dulu, SwaragamaFM adalah salah satu channel yang menemani aku berinsmonia. Tak ada fesbuk ataupun twitter. Radio butut kemrosak lah yang paling setia menemani aku. Bahkan sampai aku bangun keesokan paginya, kadang dia masih terjaga dengan suara mendesis tak habis-habis.

Hidup ini memang berputar, Kawan. Tak bisa dipungkiri. Tak ada pilihan mau atau tak mau. Hanya soal terima atau tidak terima. Masalah penyikapan tentang segala yang berubah. Kau ikut didalamnya dan larut dalam perputaran mencoba tetap hidup, atau menentang dan digilas habis olehnya. Itu saja.

Sudah cukup sedikit catatan rindu ini saja, daripada aku semakin mengharu biru. Semoga kelak, aku bisa terus bercengkerama dengan kamar berantakanku, tanpa harus dipisahkan jarak dan waktu. Selamanya.





Previous
Next Post »