Malam Ini

Alhamdulillah. Malam datang menjelang. Entah ini malam ke berapa yang aku nikmati dan lupa untuk aku syukuri. Sepertinya terlalu banyak malam yang terlewatkan hanya dengan keluh kesah berkepanjangan. Ah, sungguh buruk sekali perangaimu, Son!

Tuhan, di malam ini, syukur alhamdulillah aku bisa mengingat-Mu, meski kutahu, itu pun merupakan bagian dari nikmat nikmat-Mu pula. Malam dengan badan yang sehat, tak kurang suatu apa. Perut kenyang dan segala hal terpenuhi. Oh, sungguh tak ada yang pantas kukeluhkan.

Merangkum hari-hariku yang panjang. Menjelang penghujung pagi. Sudahkah kulakukan yang terbaik untuk hidupku? Sudahkah kuberikan manfaat untuk orang lain. Aku masih terkungkung dengan egoisku sendiri. Ah, benar-benar buruk.

Tuhan, malam ini aku ingin berbincang kembali dengan-Mu. Kuharap tulisanku ini bisa mewakili, dan Engkau pun berkenan membersihkan hati yang hitam ini, agar hati ini mampu mendengar jawaban jawaban-Mu.

Sungguh Ya Rabb, aku hanya makhluk lemah tanpa-Mu. Bila ada baikku, itu semua tak luput dari kuasa-Mu. Apa pula yang akan aku sombongkan.

Aku, seorang Harsono, dengan hati bopengnya, dengan begitu pongahnya mengaku hebat. Ah, siapa pula aku ini Tuhan? Bila bukan karena baik-Mu, entah seperti apa aku sekarang ini. Jujur Ya Rabb, sampai hari ini aku masih bergelut dengan tanda tanya. Hatiku rusuh mencari jawaban. Imanku rapuh dan tak berpenopang. Kenapa aku hidup? Kenapa aku sholat? Kenapa aku harus berbuat baik? Kenapa harus beriman? Kenapa harus bertakwa? Sungguh, aku masih mencari. Ampuni aku Ya Alloh bila hamba lancang. Mulut kotor ini berkata tak semestinya. Tapi sungguh, aku hanya ingin bersandar dan mendapat jawaban dari-Mu Ya Alloh. Ilhamkan kebaikan-kebaikan itu dalam dada kami.

Hidup sederhana, tak sesederhana mengucapkannya. Paradoks hidup masih sering melingkupi. Tentang benar dan salah juga membuatku rancu. Yang ada dalam benakku hingga detik ini, hanya area abu-abu. Tak ada mutlak dan sejati. Meski sebenarnya itu hanya karena begitu tipisnya imanku. Tak lebih. Dan kemudian aku mencari alasan dan pembenaran.

Pengakuan dosa. Ini lah pengakuan dosaku Ya Rabbi. Entah apa lah namanya. Tapi memang kuakui betapa buruknya seorang diriku ini. Gila dipuji, merasa bersih dari dosa, tak ingin disalahkan, merasa berhak mendapatkan yang terbaik tanpa usaha, buruk sangka tingkat tinggi, iri hati, dengki, buruk sangka, ah, begitu banyak ya rabb.

Sederhana seperti apa yang kuingini. Sementara syukurku hanya berhitung jari. Tak lebih. Bahkan hitungan jari pun masih berbagi dengan keluh kesah. Tak memiliki iman kecuali selembar tipis. Yang hilang entah kemana ketika tertiup angin harta dan kedudukan. Manusia macam apa aku ini? Mengeluh iya, setiap hari sepertinya. Tak memuliakan saudara seiman, diterjang badai nafsu duniawi. Ahhhhhhhhhh. Lembar-lembar ini takkan pernah cukup menuliskan burukku ini.
Previous
Next Post »