DUNIA TANPA BATAS!



Di era interntet sekarang ini, sekat-sekat wilayah seperti hilang, melebur begitu saja ditelan oleh canggihnya tekhnologi. Sudut-sudut jauh bisa dengan mudah dijangkau. Daerah yang jaraknya ribuan kilometer dari tempat kita berdiri seperti hanya sepelemparan batu saja dari tempat kita berada. Dengan mudah kita bisa tahu apa yang sedang terjadi disana, trend yang terjadi seperti seperti apa, kondisi lingkungan sosialnya seperti apa, geografis daerahnya bagaimana. Mudah sekali, dan cepat tentu saja! Yang itu belum terbayangkan di masa beberapa puluh tahun yang lalu. CANGGIH, Man! (Pake sekali)

Di waktu gw kecil dulu (ya, meskipun badan gw sekarang besar, tp gw pernah ngalamin fase dimana badan gw kecil kok, bray. Nggak langsung besar kayak sekarang), komunikasi yang paling cepet yang bisa dilakukan adalah telepon. Pake telpon rumah tentu saja. Tapi nggak semua rumah terpasang jaringan pesawat telpon. Di kampung gw misalnya, sekampung nggak ada yang pasang. Yaaaa, boro-boro buat pasang telpon rumah, buat makan aja Senin-Kamis. Kalau butuh cepet ya harus lari ke wartel. Biasanya untuk menelpon saudara yang berada di luar kota, untuk kepentingan yang mendesak sekali. Waktu itu, Handphone belum beredar seperti sekarang ini, yang sangat laris manis seperti kacang rebus. Opsi lain selain telpon ke wartel adalah telegram. T-E-L-E-G-R-A-M. Kata-kata yang sudah jarang sekali gw denger. Hampir nggak pernah malah. Jujur sejujur-jujurnya, gw belum pernah makai telegram. Sering denger sih, tetangga atau temen dapet telegram dari saudaranya di luar kota. Tapi, bentuknya telegram itu seperti apa, makenya bagaimana, gw nggak tahu. Sampai sekarang ini. *kasian sekali ya???* hehehe.

Tapi itu duluuuu, sekarang dengan biaya yang relatif murah, kita bisa dengah mudah berkomunikasi dengan saudara kita di luar kota, bahkan melintasi batas Negara. Bisa lewat sms, telepon, ataupun internet. Kita hanya perlu duduk, memencet nomor tujuan, atau mengkoneksikan komputer dengan internet, dan terjadilah komunikasi realtime dengan orang yang jaraknya ribuan kilometer nun jauh disana.

Jejaring sosial di internet begitu juga, buanyaaakkkk banget. Di awal gw kenal internet, bagi yang demen chatting pasti pada tahu sama yang namanya Mlrc dunk? Haha. Bener, man. Tempat chatting dimana kita bisa masuk di regional dan room tertentu, ikut nimbrung disitu, ngobrol-ngobrol nggak jelas, tapi kita nggak tahu mukanya. Haha. Dan dulu gw demen banget. Tiap pulang sekolah, masih dengan seragam abu-abu gw, gw langsung ngacir ke warnet yang jaraknya hanya ratusan meter saja dari sekolah. Cukup dengan jalan kaki saja lah. Dan tujuannya chatting tentu saja. Karena yang gw tahu tentang internet ya cuma chatting. Browsing hanya sesekali, buat nyari bahan tugas. Hahaha. Bahkan, ada kakak kelas gw yang bela-belain bolos dari kelas, hanya buat chatting dari pagi sampai sore. Dia bahagia tentu saja. Sangat menikmati hidupnya di dunia putih abu-abu. Selain bahagia, chatting  bisa menaikkan prestise, dan mengkategorikan kita sebagai anak gahoel.

Di masa itu, gw inget banget, warnet di daerah gw ya baru satu itu. Bukan monopoli, kalau menurut gw dia itu pioneernya. Dari yang dulu cuma  ada satu, sekarang sudah menjamur begitu banyak di sudut-sudut kota, bahkan sampai juga di pinggiran-pinggiran. Ajibbbbb.
Selain MIrc ada juga chatting di Yahoo. Tapi kalau yang ini gw udah nggak terlalu demen chattingan. Mungkin karena gw orangnya cepet bosenan. Selain chatting, gw juga gaya-gayaan bikin alamat email di Plasa.com. Hahaha. Padahal gw bingung mau ngirim email ke siapa. Ujung-ujungnya gw ngirim email ke temen sekelas gw yang tiap hari ketemu. Ohhhh, bodohnya diriku dulu. Buat apa coba pake kirim email segala, pan bisa ngobrol langsung di kelas??? J

Berkembang lagi ke friendster. Jejaring sosial pertama yang gw kenal. Gw bikin akunnya waktu SMA. Dan sepertinya inilah fase pertama alay gw. Hahaha. Mungkin bener kata Raditya Dika si Kambing Jantan dalam salah satu StandUpnya, kalau alay itu memang salah satu fase pertumbuhan anak di Indonesia. Dari lahir kemudian balita trus remaja ke alay baru menajadi dewasa. Hehe. Jadi, alay itu dalah masa transisi dari remaja menuju dewasa. Hihi. Tapi nggak usah diceritan lah seperti apa alaynya gw dulu. Maluuuuu. Dari friendster gw mulai gaya-gayaan bikin blog. Dari situ, akhrinya gw tahu facebook. Sekarang berkembang lagi ada twitter dan banyak jejaring sosial lagi yang gw nggak punya akunnya. Hehehe.

Banyak kasus, dari jejaring sosial itu, akhirnya menemukan kita  pada teman, rekan atau saudara yang sudah lama tak bersua. Yang terpisah jarak dan waktu. Atau mempertemukan kita pada jodoh dari dunia antah berantah. Uniknya, dengan mudahnya kita bisa kembali akrab, kembali berkomunikasi, meski jarak tetap memisahkan. Tapi itu bukan lagi menjadi halangan.

Mungkin karena perkembangan tekhnologi juga, makanya sekarang udah nggak ada lagi musisi yang bikin lagu dengan judul atau tema cinta yang terpisahkan jarak. Seperti lagunya Tommy J. Pisa Di Batas Kota Ini.  Udah nggak jaman soalnya, udah bukan halangan. J

Bagi gw, perkembangan tekhnologi sekarang ini sudah begitu canggihnya. Sesuatu yang dimasa kecil gw nggak kebayang dan dianggap mustahil, sekarang mewujud nyata. Entah seperti apa tekhnologi di masa yang akan datang, gw juga nggak tahu. Film-film sains fiction yang sering kita lihat dan membuat berdecak kagum, mungkin itulah gambaran kemajuan tekhnologi di masa yang akan datang. Teleprotasi, terbang menjelajah luar angkasa dengan mudah, mesin waktu, tekhnologi robot yang bisa menyerupai manusia dengan mirip sekali, mesin pengganti organ yang rusak seperti Iron Man dan masih banyak lagi contoh, mungkin seperti itu lah gambarannya. Siapa yang tahu kan? Apa yang kita bilang canggih sekarang ini, bisa jadi akan dianggap kuno olah orang-orang masa depan.

Dan, kesimpulannya apa gw nggak tahu. Hehe. Intinya, segala tekhnologi yang berkembang saat ini, membantu aktifitas kita lebih efektif, lebih cepat dan lebih praktis. Memangkas jarak ruang dan waktu. Meski tak dipungkiri dampak negatifnya pasti ada, tapi semua itu dikembalikan lagi pada kita sebagi end-usernya. Seberapa arifkah kita memanfaatkan tehknologi.

Selamat berhari minggu, kawan!!!
Previous
Next Post »