tak ada judul

Aku berbicara pada malam,
tentang aku, tentang hidup, tentang semuanya,
sehela nafas panjang,mengisi detik kosong dalam gelisah,
entah kenapa..
terlalu banyak argumen,begitu banyak sebab,betumpuk-tumpuk alasan,
mengendap dalam satu diri, mengeras dan tak pernah terungkap,
terlalu panjang dan bertele-tele nantinya,

Ahh,sudahlah..
kata-kata itu yang akhirnya selalu keluar,
kalimat penyudahan yang bernada menyerah dan pesimistis, tak berani gentleman dengan kenyataan yang ada, melempar tampuk kesalahan pada nasib & takdir

" Ah,, itu kan memang sudah diktakdirkan dari sananya" katanya santai..

Cukup, dan untuk sesaat semuanya selesai. Dan kesalahan itu tak pernah dibebankan.Melemparnya sebagai penutup dari ketidakberanian diri menghadapi resiko. Berkecil hati dengan diri, dan selalu berdalih dengan garis takdir..

Begitukah??

"Ini kan realisitis??" katanya lagi..
"Iya, mungkin saja benar.."

Tapi, realisitis yang seperti apa?Kenyataan yang seperti apa?
Hidup adalah akumulasi dari pilihan-pilihan kita. Jalinan antara usaha dan doa, disertai keyakinan atas kehendakNya,sebab dari semua hal bisa terjadi, itulah kenyataan..
Tapi, ketika hanya berdiam, merenung tentang apa yang akan dilakukan, sibuk dengan rencana-rencana hebat tanpa ada start awal untuk memulai rencana hebat tersebut, dan berharap bahwa yang kita dapatkan adalah yang terbaik, itu sungguh sangat tidak realistis.

Yah, kita sepertinya memang harus merenung, mengingat dan mengevaluasi segala yang sudah terjadi. Biarkan berlalu, tak usah disesali. Toh, semua sudah terjadi. Diambil hikmahnya saja, dijadikan hujjah untuk masa yang akan datang, agar semua tidak akan terulang lagi untuk kedua kalinya, atau kesekian kalinya kalau memang kita begitu bodoh membiarkan kesalahan berulang terjadi lagi dan lagi dalam hidup kita.

hidup untuk berbagi..

14 maret 2010,
Larut malam di kala hening..
Previous
Next Post »