Konsisten menulis masih sangat sulit bagiku. Sesulit menurunkan berat tubuh seksiku ini. Rasa malas, enggan, tak ada ide, tak ada waktu untuk menulis dan berbagai macam alasan klise lainnya bisa kujadikan alibi.
Tapi, akhir-akhir ini sebisa mungkin memang aku usahakan untuk menulis. Entah menulis curhatan tidak jelas, pengalaman ribut sama tukang parkir, cerita-cerita nyleneh di kantor, dan hal-hal remeh temeh lain yang kualami sehari-hari. Sudah seperti menuliskan sebuah diari saja. Hehe. Kalau kepepet aku masih nggak nulis-nulis juga, ya minimal menyempatkan untuk menulis status di facebook. *hahahaha*
Malu sih sebenernya sama komitmenku setengah tahun yang lalu. Waktu duduk-duduk di selasar mimazah, aku bilang, sehari minimal aku harus bisa meluangkan waktu setengah jam untuk menulis. Bisa nggak bisa harus bisa. Pada awalnya memang menggebu. Masih on fire. Apa saja aku tulis. Tapi lambat laun, aku kayak lampu petromak yang kehabisan minyak. Redup, redup, semakian redup kemudian mati. Dan apa yang ditargetkan masih jauh panggang dari api. Setengah tahun berlalu, aku hanya menghasilkan curhatan nggak jelas yang numpuk di folder coratcoretgeje-ku. Ada sih, beberapa yang akhirnya aku post di notes facebook. Yaaa, tapi begitu doank. Cuma curhat-curhat nggak jelas. Kalau temen bilang, aku ini PELACUR, alias pelan-pelan curhat.
Dan ngemeng-ngemeng tentang curhat-curhatan, aku jadi rada sedih nih. *hahahaha. Ngalebay*
Kenapa sedih?
Jadi begini, Kawan. Tentu yang dari dulu sudah nge-exist dan nggak mau dibilang ketinggalan jaman, pada kenal yang namanya friendster dunk? Wedeeewww, jejaring sosial yang satu ini memang terkenal sekali pada jamannya. Facebook belum ada. (Mungkin si Mark Zukcerberg lagi ngerancang desainnya). Di friendster ini nggak pake nge-post status segala macem kayak di facebook yang sekerang. Andalan dari jejaring sosial yang satu ini adalah testimony sama bulletin board. Apaan tuh? Hahaha. Masak nggak inget sih? Okelah, diceritain sedikit deh biar pada inget. Jadi, testimony itu seperti kita nulis di wall facebook seseorang. Kita nulis kesan pesan tentang orang itu. Awalnya sih seperti itu. Tapi lambat laun, bosen juga setiap buka friendster orang nulisnya cuma kesan pesan doank. Dan pada akhirnya testimony ini jadi tempat balas-balasan wall. Yang ditulis nggak sekedar kesan pesan. Tapi juga nanya kabar, nanya kapan nikah, bagi-bagi info dan segala macemnya. Buanyak deh. Udah pada inget kan?
Nah, kalo bulletin board a.k.a bullbo itu ibarat notes di facebook. Kita bisa nulis apa aja di bullbo. Dari yang nggak jelas sampai yang nggak jelas banget. Dari yang penting sampai yang sangat-sangat tidak penting. Terserah. Yang penting jangan nulis tentang SARA aja.
Di friendster memang nggak bisa colek-colekan kayak di facebook. Tapi menurutka ada satu nilai lebih dibanding sekedar colek-colekan di facebook. Apa itu? Kita bisa tahu, siapa-siapa saja yang sudah ng-view profile kita. Baik yang ninggalin jejak dengan nulis testimony maupun tidak. Jadi bisa ketahuan seberapa terkenalnya anda, dan seberapa banyak fans yang setiap harinya nge-view profile anda. Masak hari gini masih colek-colekan aja. Kaya jamannya Ratu Dangdut ajah. “Cubit-cubitan oiiii, cubit-cubitan” *stooopppp! Sebelum keterusan nyanyi dangdut!*
Tapi jujur, ada hal lain yang aku suka dari friendster. Apa itu? (jejennngggg) : BLOG FRIENDSTER!
Yapz. Blog friendster, kawan. setiap kita punya akun friendster, otomatis kita bisa buat blog. Nggak perlu registrasi lagi. Ini sudah otomatis. Memang mungkin nggak banyak yang memanfaatkan fasilitas ini. (Atau karena aku saja yang nggak begitu tahu). Tapi aku adalah salah satu pengguna blog friendster.
Ini adalah awal mula aku kenal dengan yang namanya blog. Sebelum aku membuat akun blog di blogspot maupun di wordpress, pertama kali, di blog friendster inilah aku mengenal dunia blog-mengeblog (haha, aneh). tempat curhat-curhat nggak jelas. Nulis-nulis geje. Puisi-puisi picisan. Dan segala hal yang aneh-aneh aku tulis disitu. Tulisan-tulisan nyleneh yang biasannya cuma nyangkut di buku diari-diarian, atau maksimal nyangkut di kompi, sekerang sudah nangkring di blog. Di dunia online. Yang notabene bisa di akses oleh lebih banyak orang. Wewwww. Kedengerannya sih gahoel. Tapi nggak tahu deh sudah berapa orang yang baca, sudah berapa orang juga yang berselancar di blogku.
Aku mulai rajin ngepost hal-hal nggak jelas di blogku. Ya, harap maklum kalau yang di post nggak jelas. Lha wong orangnya juga nggak jelas. Hehe. Tapi itu cuma di awal-awal doank. Memang kebiasaan kayaknya. Seperti anak kecil yang punya mainan baru. Awalnya aja seneng banget. Tiap hari dibawa kemana-mana. Dipamerin ke temen-temennya. Tapi lambat laun, ketika sudah bosen, mainannya dicampakkan begitu saja. Sama seperti aku, yang lama-lama juga jenuh dengan blog friendster, blog-nya aku campakkan begitu saja. *Blog friendster-nya bilang : Sosonnnn, kamu kejammmm, kejammmmmm!!! (trus lari muter-muter tiang)*
Lagi bosen sama friendster, lagi jenuh nulis di blog-nya, tiba-tiba datanglah jejaring sosial yang baru dengan tampilan lebih fresh. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah facebook. Nggak nunggu waktu lama, akhirnya buat juga akun di facebook. Awalnya sih bingung. Ini makenya gimana ya? *hahahaha, ndeso*. Tapi setelah nanya-nanya temen, ngorek-ngorek info ke Mbah Gugel, akhirnya bisa juga aku nge-exist make facebook. Dan pada akhirnya, wassalam friendster. Aku bener-bener kayak anak kecil yang dapet mainan baru.
Terkadang sih aku masih menyambangi friendster. Sekedar nge-view profile teman-teman. Melihat-lihat, siapa tahu ada kabar yang terlewatkan. Tapi udah nggak enjoy, nggak seperti di awal-awal. Karena kebanyakan teman juga sudah bermigrasi ke facebook. Hanya beberapa yang masih keukeuh untuk setia di friendster. Ya sudah lah. Apa mau dikata. Warga friendster berbondong-bondong bedol desa ke kampung facebook.
Kebiasaan nulis di blog friendster berganti dengan keisengen nulis di notes. Memang sih, di notes rasanya kurang gimanaaaa gitu. Tapi tak apalah. Daripada harus ribet login ke friendster dulu. Mending cari yang praktis aja.
Berjalan setahun, dua tahun hingga tiga tahun, lama-lama dunia per-friendster-an bener-bener aku lupakan. Keasyikan di facebook yang menawarkan aplikasi-aplikasi menarik, bisa chatting, bisa nge-tag foto, komen-komenan status, membuat friendster tidak lagi menarik. Orang bilang “jadul ah!”. Bahkan sempet ada obrolan di group facebook temen-temen SMP yang bikin aku ketawa ngakak. Di saat temen-temen sudah nge-exist begitu lamanya di facebook, ada salah seorang temen yang menanyakan akun friendster temen-temen itu apa. Hahaha. Kontan saja temen itu dibilang ali*n yang hidup di antah berantah. (tapi pendapatku, mungkin saja dia adalah salah satu orang yang setia dengan friendster *ngomong gini sambil teteup ketawa ngakak*)
Hingga akhirnya, beberapa hari yang lalu aku kangen untuk buka-buka blog friendsterku. Kangen untuk lihat-lihat profile tempo doeloe. Ya, kalian tentu tahu lah. Friendster pun tidak diam saja begitu facebook berjaya sekitar tahun 2008. Friendster membuat terobosan-terobosan baru. Ada fitur chating, update status, tag foto, dan game-game lucu lainnya. Tapi teteup, penduduk friendster tidak banyak yang kembali. Kalo meminjam istilah DR Virus Sahastrabudi di film 3idiots, tidak ada urutan nomer dua, yang ada hanya nomer satu. Nomer dua tidak pernah diingat. Dan begitulah yang terjadi dengan friendster. Kalah oleh seleksi alam di dunia per-jaringan sosial. Betapa terkejutnya saya ketika membuka akun friendster saya. Hadehhhh. Sedih rasanya. Isinya cuma kumpulan game. Nggak ada lagi profile-profile-an. Blog-blog-an. View-view-an. Huaaaaaa. *nangis gulung-gulung*
Usut punya usut, karena penggemarnya yang semakin sedikit, akhirnya friendster lebih memilih untuk menjadi tempat bermain game online. Tidak lagi menjadi jejaring sosial. Dan yang lebih menyedihkan, data-data yang bisa direcovery batas maksimalnya adalah bulan Mei 2011 kemarin. Huaaaa. Selamat tinggal curhat-curhatan blogku. Foto-fotoku. Testimony kocakku. Semuanyaaaaa. Huaaaaaaa…
Dan begitu lah. Hidup memang seleksi alam. Hanya yang kuat yang bisa bertahan. Kreatifitas dan inovasi terus-terusan lah yang akhirnya menang. Sedang yang merasa berpuas diri dengan apa yang dicapai sekarang tanpa melakukan inovasi, dia hanya menunggu waktu untuk mati. Seperti friendster yang dulu sempat berjaya dan menguasai dunia jejaring sosial. Akhirnya mati juga.
[bukan puisi]Obituari untuk Blog Friendsterku
Semua ada masanya,
Dari kuncup,
Mekar,
Berbunga,
Indah,
Dan dikelilingi kupu-kupu cantik.
Semua ada masanya,
Angin yang menerbangakan layang-layang begitu tinggi,
Merajai angkasa,
Bermanuver ke kanan dan ke kiri,
Tinggi dan semakin tinggi,
Gagah perkasa tiada tanding!
Tapi tertulis disana,
Bunga itu akan layu,
Kering dan mati
Jatuh ke bumi
Kembali menjadi tanah
Layang-layang itu akan putus,
Menggelepar di angkasa,
Terombang-ambing tak menentu,
Pasrah kepada titah kemana akan dibawa,
Dan mendarat kembali ke bumi, ke dunia kenyataan
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon