Bagaimana rasanya jadi jujur dan beda dari orang kebanyakan?
Mungkin, dengan membaca buku ini, akan sedikit memberi kita jawaban. Tapi bisa jadi tidak. Karena apa? Ya karena ini cuma pendapat pribadi saya semata. :p
Adalah Botchan, entah siapa nama dia sebenarnya. Botchan itu seperti panggilan untuk anak kecil yang disayang. Kalau di dalam bahasa Jawa, mungkin seperti istilah Thole untuk anak laki-laki atau Genduk untuk anak perempuan. (Saya sebenarnya radak sotoy ini mah). Haha.
Yak, kembali ke Botchan!
Botchan memang sudah beda sejak kecil. Rasa penasaran dia akan sesuatu, membuat dia selalu tertantang. Meski kadang itu mendatangkan bahaya buat dirinya. Seperti Botchan yang serta merta lompat dari lantai sekolah dia (entah dua atau tiga, saya lupa), yang membuat dia cidera, atau Botchan yang menggoreskan pisau ke jarinya, karena ejekan teman-temannya yang mengatakan kalau dia penakut.
Botchan juga selalu berkata apa adanya. Tidak pandai, atau mungkin bahkan tidak bisa memperhalus kenyataan. Apa yang A ya harus A. Begitu juga dengan B ya harus B. Botchan sering mendapat masalah dengan orang di sekitarnya gara-gara ini. Bahkan dia juga sering mendapat perlakuan berbeda dari orangtuanya sendiri gara-gara sifat yang dimiliknya.
Botchan kecil yang tumbuh dewasa, mungkin akan menjadi orang yang berbeda, karena "penolakan-penolakan" yang dialaminya di masa kecil, andai saja tidak dibesarkan oleh Kiyo, pembantu yang bekerja di rumah Botchan. Kiyo, yang berbeda juga dari orang kebanyakan, selalu membesarkan hati Botchan, dan selalu melihat hal-hal baik dari Botchan.Itu yang (mungkin), menurut saya, membuat Botchan tetap percaya diri dengan sifat "bedanya".
Hal itu juga yang mendatangkan "masalah" pada Botchan, saat akhirnya Botchan dewasa harus pergi ke luar kota, menjadi pengajar di desa yang jauh dari Tokyo, tempat tinggal Botchan. Masalah demi masalah dihadapi Botchan dengan cara yang sama, seperti saat Botchan berbicara di masa kecil.
Disinilah letak indahnya novel ini (menurut saya). Ketika kita berbeda dan lingkungan menganggap kita "aneh". Ketika kita menjadi diri sendiri tetapi orang lain mencela diri kita karena menjadi jujur dan apa adanya.
Mungkin, bagi pembaca yang lain, novel ini akan terasa sederhana, dengan konflik yang biasa saja. Tapi, menurut saya sih, tidak.
Ngga percaya? Silakan baca sendiri, kalau begitu. :D
Adios permios.
*****
EmoticonEmoticon