Bisik pagi mengusap telinga. Lelap perlahan meninggalkanku dengan berjingkat. Sedikit demi sedikit, kesadaran kembali merasukiku. Ah, pagi selalu mendahului. Langkah-langkah kaki orang menuju Langgar juga mendahuluiku. Sementara aku terkadang kembali bergelung di atas dipan. Seperti seekor kucing yang tidur lelap.
Mentari hadir dengan sempurna. Hangat dan menghangatkan Bumi. Rimbun pohon dan gerumbul daun teh-tehan riang menyanyi menyambut kedatangannya. Kicau burung gereja menyemarakkan suasana pagi ceria ini. Cerah sempurna!
Aku sudah mulai merapikan diri. Mandi kilat dan gosok gigi. Menyisir ke belakang rambut gondrongku. Dan mengenakan celana jeans belel dipadu padan dengan kaos hitam bergaris. Mematut-matut diri di depan cermin, meneliti dengan jeli, siapa tahu masih tersisa biji cabe di sela-sela gigi. Dan sempurna, cerah seperti pagi ini!
*****
Kukeluarkan : Si PITUNG, motor Honda tuaku yang sudah amat sangat tua. Sedikit memolesnya agar lebih kelihatan manusiawi, sambil memanasi. Maklum, karena saking uzurnya Si Pitung, motor ini butuh pemanasan lebih lama dibanding motor-motor keluaran baru. Kalau manasinnya tidak sesuai aturan, alamat bakal terkentut-kentut di tengah jalan. Karena pernah aku karena saking buru-burunya, Si Pitung aku geber begitu saja, tanpa pemanasan sesuai tata cara. Seratus meter pertama aman. Seratus meter kedua masih aman. Tapi masuk seratus meter ketiga Pitung mulai batuk-batuk. Batuk kering campur sedikit dahak. Masuk seratus meter keempat mulai kentut mulu nggak habis-habis. Seratus meter kelima Pitung mati total. Wassalam deh. Pitung ngambek. Nggak bisa lagi dinyalain. Pasrah, akhirnya Si Pitung dirawat selama tiga hari di bengkel Nugroz. Ingat : Nugroz Pake Z bukan S! Begitu pesan si empunya bengkel. Waktu aku tanyain kenapa bisa begitu, abangnya bilang “Biar lebih keren aja”. Biar layak dijual. Hwekekekek, sepertinya si abang terkena syndorm artis wannabe. Dia bilang nama aslinya Nugroho, tapi kalau di plang ditulis “BENGKEL NUGROHO” kurang menjual. Aku sih iya aja. Tapi abangnya masih nyerocos aja biar aku udah diem. “Kata Einstein kan, apalah arti sebuah nama?”. Hemmm, dalam hati aku bilang “abangnya nggak pernah baca buku nih! Masak yang ngomong begitu si Einstein. Si Einstein kan yang bilang Jangan Sampai Melupakan Sejarah, alias Jasameja!”
Dan, hari ini adalah hari bersejarah buatku : KARENA HARI INI HARI SABTU!
Emang ada apaan hari sabtu?
“Hehe, nggak ada apa-apan juga sih. Kalau hari ini hari sabtu, berarti besok pan hari minggu. Hari minggu itu artinya libur! Hahahahaha”
*****
Pitung dengan ganasnya melindas setiap jalan yang dilewati. Kejam dan tanpa ampun, dengan kecepatan maksimal 70km/jam. Itu pun dengan getaran yang super duper hebat. Kalau pengen aman melaju bersama Si Pitung, cukup lah 40 sampai 50km/jam. Lebih dari itu resiko tanggung sendiri. Hwekekekek.
Aku sama Pitung berlenggang membelah jalan raya yang lengang. Maklum akhir pekan. Dan pada hari biasa pun, jalan ini tak macet kayak Jakarta. Pake motor yang sehat, di hari biasa masih bisa lari 100km/jam. Coba di Jakarta? Sebelum angka 100 kita udah nubruk dashboard mobil orang.
Tak perlu lah ngebut ria. Karena pitung takkan kuasa melakukannya. Haha. Kalau kata orang sih, Pitung itu motor ideal buat pacaran. Jalannya selow, saking selownya kadang jalan yang deket juga berasa jauh. Nggak nyampe-nyampe.
Hemmmm. Ini sebenernya mau bikin cerita apaan sih?
*meneketengok*
Orang nggak jelas! Mending jangan baca deh, nyesel lu!!!
*****
Masih nekat baca? Yaw is lah, resiko tanggung sendiri yaks! Hahahaha.
Si Pitung sudah terparkir rapi di tempatnya. Berjajar jadi satu sama penerusnya (baca:motor keluaran baru). Kelihatan mencolok sekali dia. Karena di antara motor-motor trendy masa kini, masih ada juga makhluk seperti Si Pitung. Hitam tak legam, penuh stiker disana-sini, dan body-nya sudah tak karuan bentuknya. Dibilang motor bukan, dibilang besi tua kok ternyata masih bisa dinaiki? Hehehe. Seperti rongsokan di tengah-tengah showroom motor. Sadis banget yaks aku ngomongnya? Tapi memang begitulah adanya Si Pitung. Tak kurang tapi aku lebihin dikit.
Aku bertapa di bawah rindang pohon beringin. Bertemankan segelas es teh manis. Di antara muda-mudi yang asyik masyuk berdua-duaan menghabiskan malam minggu mereka. Kalo orang Jakarta bilang, mereka lagi kencan. Sementara aku, sore ini kencannya bareng Si Dima sama Eno. Eitsss, mereka semua cowok tulen bo’. Hahaha, alias kami ini adalah Persatuan Jomblo Abadi. Dan itu juga bukan nama asli mereka. Ah iya, itu aku yang ngasih nama, alesannya aku nyontek sama abang Bengkel Motor Nugroz. Hwekekekek.
Es teh manis, kacang dan sore cerah. Sungguh, menyedihkan! Lagi-lagi harus dengan tiga pria kesepian.
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon