Sebagai Orang Klaten tulen, yang
lahir besar dan numpang hidup juga di Klaten, harus saya akui referensi saya
tentang kuliner tidak bisa dibanggakan, atau malah mungkin bisa dikatakan
payah. Ketika dikatakan Tahu Gimbal, tentu yang terlintas di benak saya adalah “Tahu
Gimbal”-nya orang Klaten. Ada juga yang menyebutnya Tahu Bakwan, karena memang
bentuknya bulat seperti Bakwan, tapi bahan dasarnya adalah tahu. Jadi, Tahu
Gimbal Klaten itu ya cuma tahu yang digiling lembut, dicampur dengan tauge
kemudian dibentuk menjadi bulat, terus digoreng. Maka jadilah Tahu Gimbal.
Maka, ketika saya menjadi
pendatang lintas provinsi di Jogja, saya sempat rada bingung saat ada spanduk
di pinggir jalan bertuliskan Tahu Gimbal. Bukan masalah tulisannya, tapi soal promosinya.
Karena di kampung saya, orang jualan tahu gimbal ngga ada yang bikin spanduk kayak di Jogja. Terlalu lebih rasanya. Lain kesempatan saya
melihat spanduk dengan kalimat yang hampir sama tapi dengan tambah embel-embel
telur di belakangnya jadi Tahu Gimbal Telur.
Wait, wait, wait! Saya yang minim referensi tentang kuliner (atau
mungkin soal banyak hal), jadi tambah heran bin penasaran. Tahu Gimbal
Telur? Bayangan saya masih tetap Tahu Gimbalnya orang Klaten, tapi di tambah
telur. Mungkin seperti perkedel, yang kulit luarnya pake lapisan telur. Begitu piker
saya yang awam.
Namun rupa-rupanya, pikiran awam
saya ini melenceng jauh dari apa yang sebenarnya, setelah sore tadi saya
berhasil mencicipi Tahu Gimbal Telur Jogja. Saya mencicipi Tahu Gimbal Telur
yang warungnya berada di samping Mirota Godean, terletak di sepanjang jalan
Godean. Kalau anda semua bingung dimana letaknya, ndak papa. Karena di Jogja masih banyak warung tahu gimbal lain
yang akan tetap bikin bingung kalau saudara-saudari semua ndak tahu tempatnya.
Jadi, tahu gimbal telur itu seperti
Pecel dengan isian yang berbeda (menurut saya). Mungkin masih saudaraan, karena sama-sama
mengandalkan sambal bumbu kacang sebagai pelengkap. Kalau bisa saya jelaskan, komposisi
Tahu Gimbal yang saya makan tadi sore terdiri dari : telur yang di dadar, potongan
sayur yang kalau tidak salah terdiri dari tauge dan kubis, harusnya ada kupat
(atau nasi), tapi saya minta ndak usah
pakai karena sadar diri dengan berat badan yang fantastis, terus di atasnya
disiram kuah sambal bumbu kacang. Terpisah dari itu, ada keripik udang plus
kerupuk kecil. Sudah! Kadar pedas
bisa disesuaikan dengan permintaan.
Jauh beda dengan Tahu Gimbalnya
Orang Klaten ternyata. Hehe. Kalau tahu gimbalnya Orang Klaten cocok buat
cemilan. Makan satu, dua atau tiga perut masih bersahabat. Tapi coba Tahu
Gimbal Jogja dijadiin cemilan. Dijamin, baru satu setengah porsi, perut sudah
minta ampun, kesusahan nyariin tempat, mau dimana lagi naruhnya.
Kalau ada yang tanya rasanya
gimana, ya, rasanya seperti tahu gimbal telur. Hehe. Maaf, saya bukan detektif
rasa. Saya yang dalam hal makanan berprinsip hanya ada makanan enak dan enak
banget dalam kamusnya, tidak bisa memberikan penilaian. Lidah saya cocok, itu
yang jelas. Seporsi Tahu Gimbal Telur bisa tuntas saya makan. Kalau anda
penasaran, silahkan dicoba sendiri. Cocok apa ndak kan, harus dicoba dulu.
Sekian. Semoga kenyang. Adios permios.
*****
EmoticonEmoticon