Pengalaman Potong Rambut di Arfa Barbershop Kajor, Godean

Sebenarnya, urusan potong rambut untuk kaum adam itu lebih simple bila harus dibandingkan dengan kaum hawa. Selain karena kecenderungan mayoritas kaum adam yang tidak neko-neko saat potong rambut, juga karena mayoritas kaum adam yang bisa dengan mudah potong rambut dimana saja. Mau di tempat potong keliling yang mangkal di bawah pohon, tempat potong rambut yang cuma di petak kecil atau tempat potong rambut yang ala ala barbershop. Tidak masalah. Tidak repot dan bingung milih tempat. 

Dari semenjak kecil, potong rambut itu memang urusan mudah bagi saya. Saya punya paklik dari simbah yang satu keluarganya kok ndilalah diberkahi kemampuan memotong rambut secara autodidak. Entah bagaimana ceritanya, dari 6 bersaudara ini, 4 orang pria punya kemampuan memotong rambut yang tidak mengecewakan untuk ukuran saya yang waktu itu SD dan kemudian SMP. Paklik satunya, yang paling pertama, entahlah bisa memotong rambut atau tidak, tapi mempunyai kemampuan memijit yang juga ndilalahnya autodidak. Kalau satunya lagi, yang satu-satunya perempuan di antara 6 bersaudara, saya tidak tahu keahlian autodidaknya apa. 

Pengalaman potong rambut saya yang dari SD dipotong 4 paklik bersaudara itu, waktu SMP sedikit beranjak ke tukang potong rambut Madura. Eh, sebelum ke 4 paklik bersaudara, saya pernah dipotong oleh Simbah Hardi, tukang potong rambut yang biasa motong di rutan. Simbah Hardi ini tetangga desa yang rumahnya tidak jauh dari tempat kami tinggal. Masih ada hubungan darah juga sih.

Sama almarhum bapak, kalau rambut saya sudah terlihat panjang, saya dibonceng ke rumah Mbah Hardi, sebelum Mbah Hardi berangkat kerja motong rambut di rutan. Model potongnya cuma satu : cepak 2 cm. Tidak ada model lain. Mungkin karena simbah terbiasa motong rambutnya di rutan, yang modelnya cuma itu lagi, itu lagi. Hehe.

Setelah saya mulai paham sedikit-sedikit tentang style rambut, mungkin sekitar saya kelas 5 atau 6 SD, saya menolak diajak potong rambut ke tempat Mbah Hardi. Saya malu, ketika teman-teman menyisir rambutnya yang sudah kelimis minyak ke arah belakang ala ala pemain film mandarin (jaman dulu tentu saja), rambut saya masih saja cepak 2 cm. Berdiri tegak menentang gravitasi. Mulailah, dari Mbah Hardi, saya pindah potong rambut ke 4 paklik bersaudara, agar saya menjadi anak kekinian saat itu. Potong rambut sisir ke belakang ala ala film mandarin yang saat itu begitu ngetrend.

Beranjak SMP akhir, selain karena 4 paklik bersaudara yang merantau ke Jakarta, juga karena ajakan kawan, saya pindah potong rambut di Potong Rambut Madura. Bertahan hingga saya masuk bangku SMA. Namun, namanya juga bocah pengen-pengenan, waktu SMA akhir itu, lagi ngetren-ngetrennya potong rambut spike. Tahu kan? Ituuuu, yang njabrik di depan rambutnya. Kalau ngga ngeh juga, ya wis gapapa. Ngga penting juga kok. Haha.

Gara-gara model ini, saya sempat beberapa kali pindah ke tempat potong rambut kekinian waktu itu. Yaaaa, walaupun seinget saya, ngga ada hasil yang benar-benar memuaskan. Lebih mahal sih iya, dibanding tempat potong rambut biasa.

Begitu saya merantau di Jakarta, saya mulai tidak menetap potong rambutnya. Suka suka aja.  Sempat suka potong rambut di tukang cukur asgar a.k.a asli Garut gegaranya habis potong dipijit-pijit punggung sama kepala, trus pindah ke tukang potong rambut dari padang karena saya pindah kantor dan di dekat kantor agak susah nyari potong rambut asgar. Habis itu ya pindah pindah.

Baru Akhir-akhir ini, akhirnya nemu langganan potong rambut lagi. Namanya Arfa Barbershop. Saya tahunya Arfa Barbershop ada di Jogja. Belum tahu ya di kota lain.

Alasan pertama suka karena tempatnya. Selain tempatnya bersih dan berAC, ruang tunggunya juga nyaman. Istri bisa nemenin potong rambut tapi tetep nyaman nunggu. Karena berAC, jadilah bebas asap rokok dimana istri saya sebel banget sama namanya asap rokok.

Setelah nyoba sekali, ternyata hasilnya juga tidak mengecewakan. Istri saya suka sama hasilnya. Jadilah setiap potong rambut selalu ngajak balik kesitu lagi. Dannnn, satu hal yang membuat saya suka, potong rambut disini membuat saya jadi ingat tempat potong rambut asgar kala dulu merantau. Setiap habis potong dapat pijitan di punggung dan kepala, begitu juga potong rambut di tempat ini.

Harganya gimana? Hemmm, lumayan sih. Sebanding kalau menurut saya dengan apa ya didapat. Kenyamanan dan hasilnya.

Ini sih pendapat pribadi saya, ya. Bisa jadi pendapat yang lain akan berbeda. Biar tahu, bila penasaran, sila datang sendiri dan buktikan. Kira-kira yang saya tulis benar atau tidak.

Begitu saja. Malam sudah larut. Saya sudah ngantuk. Mari tidur. Selamat ramadhan ya, selamat puasa. Besok jangan kesiangan sahurnya. 😁


2 Comments

  1. Kalau sekarang 25ribu, pak. Sudah plus cuci rambut dan pijat kepala

    ReplyDelete